seorang teman yg tdk, eh blm prnh kutemui d dunia nyata..
seorang teman yg sdh tak ku ketahui lg kbrx... smga ia dan klrga sllu d lindungi olh Allah swt, Aamiin..
Metamorfosis...
“Apakah kamu mengira kamu akan
dibiarkan (begitu saja), Sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan)
orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang
setia selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (At-Tawbah : 16)
Perjalanan hidup kita senantiasa
berubah seiring dengan masa. Beberapa waktu lalu kita masih terngiang suara
lafaz huruf-huruf hija’iyah ketika baru mengenal Al-Qur’an. Lantunan suara itu
begitu merdu dan bergemuruh mengisi langit-langit senja. Sosok-sosok mungil itu
akan menjadi mujahid-mujahidah yang akan mengisi garis depan perjuangan umat
muslim.
Tak terasa sosok-sosok mungil itu
telah berseragam putih dan abu-abu dimana muncul berbagai kebimbangan di hati
akan jati diri mereka. Sebagian dari mereka ada yang terselamatkan dengan
adanya Aktifis Dakwah Sekolah yang menjadi pelindung dari kejamnya pergaulan
bebas para remaja. Sebagian ke dua terlahap oleh pergaulan. Dan sebahagian yang
lain berusaha bertahan dengan sekuat tenaga dengan perlindungan seadanya.
Berbagai tantangan terus meningkat dimulai dari teman terdekat, mereka disebut
sok suci, kuper, dan lain-lain. Tapi bayangan Al-Qur’an senantiasa menaungi
mereka, menjadikan mereka sebijak Abu Bakar ra, sekuat Umar ra, secerdas Ali ra
dan sedermawan Usman ra. Berbagai prestasi mereka torehkan di sekolah
memberikan nama mereka selalu dirindukan oleh para guru.
Waktu terus bergerak kini mereka
tak lagi berseragam. Mereka tersebar ke berbagai kota untuk menimba ilmu yang
lebih tinggi. Saat itulah, mereka kembali di uji dengan kebebasan yang bisa
dikatakan absolut, lepas dari kekangan orang tua. Namun, sosok mungil itu tak
berubah sedikit pun, bahkan mereka menjadi jauh lebih kokoh. Tak hanya ilmu
pengetahuan dan teknologi mereka timba tapi juga ilmu agama terus mereka ambil.
Sebagian mengambil jalan lewat ma’had, sebagian lagi berusaha sendiri dengan
mencari buku-buku dan mengikuti kajian islam secara rutin. Semua berujung pada
muslim kaffah. Kesulitan mengatur waktu dan lain sebagainya sebagai latihan
dalam menghadapi tantangan dakwah sebenarnya. Sosok mungil itu bagaikan ulat
yang begitu lapar ingin melahap terus berbagai ilmu pengetahuan, kini dikampus
mereka seperti menjadi kepompong dan bersiap-siap menjadi kupu-kupu yang akan
terbang dengan indah di angkasa mengadapi tantangan sebenarnya.
Ketika telah lulus dari kampus
mereka seperti kupu-kupu yang sedang belajar terbang. Hidup mereka terasa
sendiri, sepi, tak seperti ketika mereka menjadi kepompong di kampus. Masih
banyak teman merasa senasib. Beberapa mencoba mengepakkan sayapnya dengan
melamar pekerjaan atau melanjutkan kuliah lagi. Beberapa dari mereka berhasil
terbang dengan indahnya. Terus dan terus ia mengepakkan sayapnya seakan dunia
ini miliknya sendiri. Dia merasa berhak kemana saja tak ada yang bisa
membatasinya. Dia mempunyai kekuasaan akan langit ini. Hal itu membuat ia lupa
pada tujuan awal ia mengepakkan sayapnya. Ia lupa pada sunah-sunah Rasul. Ia
lawan hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka ia menjadi incaran sang
burung. Sebagian lagi ada yang tetap konsisten, mengetahui jalurnya dan
bergabung dengan koloninya kembali. Mereka itulah yang akan menjadi
mujahid-mujahidah yang mengisi garis depan para pejuang muslim yang menegakkan
dinul Islam.
Afwan jiddan atas kekurangannya. Wallohu A’lam.
*EH