Dunia Tanpa Batas...

Kreatifitas Tanpa Batas...

Senin, 21 November 2011

Metamorfosis

Tulisan ini adl tulisan seorg teman yg lg bljr mnulis..
seorang teman yg tdk, eh blm prnh kutemui d dunia nyata..
seorang teman yg sdh tak ku ketahui lg kbrx... smga ia dan klrga sllu d lindungi olh Allah swt, Aamiin..

Metamorfosis...


“Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan (begitu saja), Sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (At-Tawbah : 16)
Perjalanan hidup kita senantiasa berubah seiring dengan masa. Beberapa waktu lalu kita masih terngiang suara lafaz huruf-huruf hija’iyah ketika baru mengenal Al-Qur’an. Lantunan suara itu begitu merdu dan bergemuruh mengisi langit-langit senja. Sosok-sosok mungil itu akan menjadi mujahid-mujahidah yang akan mengisi garis depan perjuangan umat muslim.
Tak terasa sosok-sosok mungil itu telah berseragam putih dan abu-abu dimana muncul berbagai kebimbangan di hati akan jati diri mereka. Sebagian dari mereka ada yang terselamatkan dengan adanya Aktifis Dakwah Sekolah yang menjadi pelindung dari kejamnya pergaulan bebas para remaja. Sebagian ke dua terlahap oleh pergaulan. Dan sebahagian yang lain berusaha bertahan dengan sekuat tenaga dengan perlindungan seadanya. Berbagai tantangan terus meningkat dimulai dari teman terdekat, mereka disebut sok suci, kuper, dan lain-lain. Tapi bayangan Al-Qur’an senantiasa menaungi mereka, menjadikan mereka sebijak Abu Bakar ra, sekuat Umar ra, secerdas Ali ra dan sedermawan Usman ra. Berbagai prestasi mereka torehkan di sekolah memberikan nama mereka selalu dirindukan oleh para guru.
Waktu terus bergerak kini mereka tak lagi berseragam. Mereka tersebar ke berbagai kota untuk menimba ilmu yang lebih tinggi. Saat itulah, mereka kembali di uji dengan kebebasan yang bisa dikatakan absolut, lepas dari kekangan orang tua. Namun, sosok mungil itu tak berubah sedikit pun, bahkan mereka menjadi jauh lebih kokoh. Tak hanya ilmu pengetahuan dan teknologi mereka timba tapi juga ilmu agama terus mereka ambil. Sebagian mengambil jalan lewat ma’had, sebagian lagi berusaha sendiri dengan mencari buku-buku dan mengikuti kajian islam secara rutin. Semua berujung pada muslim kaffah. Kesulitan mengatur waktu dan lain sebagainya sebagai latihan dalam menghadapi tantangan dakwah sebenarnya. Sosok mungil itu bagaikan ulat yang begitu lapar ingin melahap terus berbagai ilmu pengetahuan, kini dikampus mereka seperti menjadi kepompong dan bersiap-siap menjadi kupu-kupu yang akan terbang dengan indah di angkasa mengadapi tantangan sebenarnya.
Ketika telah lulus dari kampus mereka seperti kupu-kupu yang sedang belajar terbang. Hidup mereka terasa sendiri, sepi, tak seperti ketika mereka menjadi kepompong di kampus. Masih banyak teman merasa senasib. Beberapa mencoba mengepakkan sayapnya dengan melamar pekerjaan atau melanjutkan kuliah lagi. Beberapa dari mereka berhasil terbang dengan indahnya. Terus dan terus ia mengepakkan sayapnya seakan dunia ini miliknya sendiri. Dia merasa berhak kemana saja tak ada yang bisa membatasinya. Dia mempunyai kekuasaan akan langit ini. Hal itu membuat ia lupa pada tujuan awal ia mengepakkan sayapnya. Ia lupa pada sunah-sunah Rasul. Ia lawan hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka ia menjadi incaran sang burung. Sebagian lagi ada yang tetap konsisten, mengetahui jalurnya dan bergabung dengan koloninya kembali. Mereka itulah yang akan menjadi mujahid-mujahidah yang mengisi garis depan para pejuang muslim yang menegakkan dinul Islam.
Afwan jiddan atas kekurangannya. Wallohu A’lam.

*EH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar